A. Sekilas Tentang Negara Dunia ke-3
Istilah-istilah subyektif Dunia Pertama, Dunia Kedua, dan Dunia Ketiga, dapat dipergunakan untuk membagi negara-negara di muka bumi ke dalam tiga kategori yang luas. Dunia Ketiga adalah istilah yang pertama kali diciptakan pada 1952 oleh seorang demografer Perancis Alfred Sauvy untuk membedakan negara-negara yang tidak bersekutu dengan Blok Barat ataupun Blok Soviet pada masa Perang Dingin. Namun sekarang ini istilah ini sering dipergunakan untuk merujuk negara-negara yang mempunyai Indeks Pengembangan Manusia PBB (IPM), terlepas dari status politik mereka (artinya bahwa Republik Rakyat Cina, Rusia dan Brasil, yang semuanya saling bersekutu dengan erat selama Perang Dingin, seringkali disebut Dunia Ketiga). Namun, tidak ada definisi yang obyektif tentang Dunia Ketiga atau "negara Dunia Ketiga" dan penggunaan istilahnya tetap lazim.
Sebagian orang di lingkungan akademis menganggap istilah ini sudah kuno, kolonialis, diskriminatif dan tidak akurat. Namun ternyata istilah ini tetap dipergunakan. Pada umumnya, negara-negara Dunia Ketiga bukanlah negara-negara industri atau yang maju dari segi teknologi, dan karena itu di lingkungan akademis digunakanlah istilah yang lebih tepat secara politis, yaitu "negara berkembang".
Istilah-istilah seperti Selatan yang Global, negara-negara yang kurang makmur, negara berkembang, negara yang paling kurang maju dan Dunia Mayoritas telah semakin populer di kalangan-kalangan yang menganggap istilah "Dunia Ketiga" mengandung konotasi yang menghina atau ketinggalan zaman. Istilah Dunia Ketiga juga tidak disukai karena istilah ini menyiratkan pengertian yang keliru bahwa negara-negara tersebut bukanlah bagian dari sistem ekonomi global. Sebagian orang mengklaim bahwa ketertinggalan Afrika, Asia dan Amerika Latin pada masa Perang Dingin dipengaruhi, atau bahkan disebabkan oleh manuver-manuver ekonomi, politik, dan militer di masa Perang Dingin yang dilakukan oleh negara-negara yang paling kuat saat itu.
Negara berkembang (Negara dunia ke-3) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengkategorikan negara-negara di dunia yang memiliki standar hidup relatif rendah, sektor industri yang kurang berkembang, skor Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) berada pada tingkat menengah ke bawah, serta rendahnya pendapatan perkapita. Negara yang dikategorikan sebagai negara berkembang adalah negara yang belum mencapai tingkat negara maju, tetapi bukan negara gagal (failed state). Dengan kata lain, negara berkembang berada di antara negara maju (tingkat teratas) dengan negara gagal (tingkat terendah). Negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih maju dibandingkan negara lain yang setingkat, tetapi belum mencapai tingkat negara maju disebut negara industri baru.
Pada pembahasan teori dan konsep negara di negara berkembang sebenarnya terletak pada bagaimana negara menjelmakan dirinya dalam sebuah keadaan atau kondisi yang spesifik, yakni keadaan dunia ketiga, yang karena kondisinya yang spesifik menghasilkan juga sifat-sifat spesifik. Jadi yang dibahas bukanlah sebuah teori baru tentang negara di Dunia Ketiga karena pada dasarnya tidak ada teori tersendiri tentang Dunia Ketiga.
B. Indikator Penilaian Sebuah Negara
Berikut beberapa hal yang dijadikan indikator atau ukuran penilaian untuk menggolongkan suatu negara sebagai negara maju atau berkembang:
1. Tingkat pertumbuhan penduduk.
2. Kualitas penduduk (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat kesehatan).
3. Kemajuan teknologi dan penggunaannya.
4. Kemajuan industri dan penggunaannya.
5. Pengolahan Sumber Daya Alam (SDA).
Kelima indikator pokok ini akan diuraikan lebih lanjut supaya kita memiliki gambaran mengenai bagaimana pengelompokan negara-negara tersebut ke dalam kategori negara berkembang dan negara maju.
1. Tingkat pertumbuhan penduduk
Menurut Carl Hub (1999: World Population Data Sheet), 98% peningkatan jumlah penduduk dunia terjadi di negara-negara berkembang. Tingkat kelahiran di negara berkembang umumnya masih tinggi. Sebaliknya, sejumlah negara maju justru mengalami penyusutan atau penurunan jumlah penduduk. Di negara-negara berkembang dan kurang maju peningkatan jumlah penduduk cukup dramatis. Misalnya, pada awal abad XXI Afrika mengalami pertumbuhan sebesar 34%. Tahun 1999 jumlah penduduk Afrika mengalami peningkatan 13%. Angka penurunan cukup besar, namun masih jauh jika dibandingkan dengan negara maju. Negara-negara maju telah mampu menekan angka kelahiran penduduk hingga kurang dari 1%. Population Reference Bureau menyebutkan bahwa wanita di wilayah subsahara Afrika memiliki Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) tertinggi, yaitu 6 anak per wanita. Angka Kelahiran Total paling rendah tercatat di Eropa Selatan, yaitu ratarata 1,3 anak per wanita. Di negara-negara berkembang pertumbuhan penduduk tergolong lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju, Pertumbuhan penduduk Afrika termasuk paling tinggi yaitu 3 % per tahun. Amerika Latin, Asia, dan Oceania pertumbuhan penduduknya yaitu 2,1%; 1,9% dan 1,5% per tahun. Pertumbuhan penduduk paling rendah terdapat di wilayah Eropa yaitu 0,2% per tahun
2. Kualitas penduduk
Kualitas penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu dari:
a. Tingkat pendidikan
b. Tingkat pendapatan (potensi ekonomi)
c. Tingkat kesehatan.
Ketiga hal tersebut berkaitan satu sama lain, saling mempengaruhi dan sulit untuk dipisahkan.
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan suatu negara diukur dari:
banyak sedikitnya jumlah penduduk buta huruf, tingkat pendidikan yang ditamatkan, dan status usia sekolah. Suatu negara dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, apabila:
- sebagian besar penduduknya telah bebas buta huruf;
- tingkat pendidikan rata-rata penduduknya cukup tinggi;
- semua penduduk usia sekolah menempuh pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk suatu negara dipengaruhi oleh banyak hal. Di antaranya adalah beberapa hal berikut.
- Rendahnya pendapatan penduduk. Akibatnya, orang tua tidak mampu menyekolahkan
anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
- Kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan.
- Sarana dan prasarana pendidikan masih kurang memadai.
- Tidak seimbangnya jumlah sarana pendidikan dengan jumlah penduduk usia sekolah.
Jika dibandingkan kelompok negara berkembang, negara-negara maju memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi.
b. Tingkat pendapatan (potensi ekonomi)
Potensi ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan per kapita penduduk. Selain itu, juga terlihat dari jenis tenaga kerja serta daya beli penduduk terhadap suatu produk. Pendapatan per kapita adalah rata-rata pendapatan penduduk suatu negara dalam satu tahun. Pendapatan per kapita diperoleh dari hasil bagi Produk Nasional Bruto (Gross National Product/ GNP) dengan jumlah penduduk. Jadi, makin tinggi GNP dan makin sedikit jumlah penduduk suatu negara, maka pendapatan per kapitanya akan makin besar. Pertumbuhan ekonomi di negara maju pada umumnya sangat pesat. Oleh karena itu pendapatan per kapita penduduknya juga sangat tinggi. Sebaliknya, di negara berkembang pendapatan per kapita penduduk rendah.
Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja tidak terdidik. Dari keduanya, tenaga kerja terdidik lebih potensial untuk bidang ekonomi karena mampu mendayagunakan potensi alam dengan lebih baik. Sebagian besar penduduk negara maju adalah tenaga kerja terdidik yang bekerja di bidang nonagraris (industri, perdagangan, dan jasa). Tenaga kerja di negara berkembang sebagian besar kurang terdidik dan lebih banyak yang bekerja di bidang agraris. Potensi daya beli penduduk terhadap suatu produk merupakan potensi ekonomi nyata dalam menyerap hasil industri. Bila daya beli penduduk rendah, maka hasil industri tidak akan terserap sehingga berakibat buruk pada produksi selanjutnya. Negara yang memiliki daya beli tinggi disebut negara kaya, dan yang memiliki daya beli rendah disebut negara miskin.
Potensi ekonomi penduduk semakin rendah sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga tidak mampu menyediakan sandang, pangan, dan papan sesuai jumlah penduduk.
c. Tingkat kesehatan
Suatu negara memiliki kualitas kesehatan yang baik, jika ditandai dengan tingginya angka harapan hidup masyarakat, dan rendahnya angka kematian bayi. Angka harapan hidup adalah angka yang menunjukkan batas usia seseorang memiliki harapan hidup sejak lahir sampai meninggal dunia. Angka kematian bayi adalah jumlah bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 jumlah bayi lahir hidup.
Di negara maju fasilitas kesehatan berkembang cepat, peralatan kedokteran lebih canggih, jumlah tenaga medis sebanding dengan jumlah penduduk, dan tingkat gizi masyarakat tinggi. Di negara berkembang hal yang terjadi adalah kebalikan dari kondisi tersebut. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan serta petugas medis belum sebanding dengan jumlah penduduk.
3. Kemajuan dan penggunaan teknologi
Tingkat pendidikan yang tinggi di negara maju berdampak pada perkembangan teknologi. Makin tinggi tingkat pendidikan, makin pesat perkembangan teknologi.
Para ahli di negara maju mampu menghasilkan berbagai teknologi baru yang semakin modern dan sangat berfaedah. Teknologi mencakup banyak bidang, misalnya:
1. Teknologi pangan
Teknologi pangan berhubungan dengan penemuan berbagai cara baru dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, perikanan, serta cara pengawetan, penyimpanan, dan pengepakan.
2. Teknologi komunikasi
Di negara maju, penemuan berbagai alat komunikasi semakin canggih dari hari ke hari (handphone, PDA, dan lain-lain).
3. Teknologi kedokteran
Misalnya penemuan teknologi foto rontgen dengan sinar X, teknologi operasi laser, dan lain-lain. Kesemuanya itu sangat membantu terciptanya masyarakat dengan tingkat kesehatan tinggi.
4. Teknologi informasi
Teknologi ini berkaitan dengan komputer dan pemakaiannya. Komputer dengan pengolahan dan pembuatan data base yang semakin canggih sangat berperan dalam segala bidang (perbankan, kependudukan, perdagangan, dan sebagainya) Sebaliknya, di negara berkembang, rendahnya tingkat pendidikan penduduk berdampak pada terlambatnya perkembangan teknologi. Atau, meskipun banyak hasil teknologi modern dapat diimpor dari negara maju, namun rendahnya tingkat pendidikan menghambat kemampuan untuk mengoperasikan teknologi tersebut.
5. Kemajuan dan penggunaan industri
Kemajuan dan penggunaan industri merupakan ukuran penting yang membedakan negara maju dan negara berkembang. Pada umumnya, negara maju menjadikan industri sebagai tulang punggung perekonomian. Sebaliknya, di negara berkembang, industrialisasi masih belum berkembang.
Sering kali negara berkembang harus membeli hasil industri dari negara maju, meskipun sebenarnya bahan mentah produksi berasal dari negaranya. Misalnya, negara berkembang hanya dapat menghasilkan kayu gelondongan. Lalu negara tersebut mengekspornya ke negara maju. Di negara maju kayu diolah menjadi kayu lapis, chipboard, dan sebagainya. Lalu negara berkembang membeli hasil olahan tersebut dari negara maju. Perkembangan industri suatu negara sangat dipengaruhi oleh perkembangan atau kemajuan teknologinya. Beberapa bentuk industri, adalah:
- industri pertanian, kehutanan, dan perikanan;
- industri pertambangan
- industri manufaktur
- industri konstruksi
- dan lain sebagainya.
6. Pengolahan sumber daya alam
Setiap negara memiliki kekayaan alam yang berbeda-beda baik kuantitas maupun kualitasnya. Sumber daya alam meliputi pertanian, peternakan, kehutanan, dan pertambangan. Negara dengan kekayaan sumber daya alam yang besar belum tentu menjadi negara kaya. Sebaliknya, negara yang sumber daya alamnya terbatas dapat menjadi negara kaya. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan kemampuan pengolahan sumber daya alam yang ada. Terdapat dua hal yang mungkin terjadi. Pertama, di negara berkembang kegiatan eksploitasi SDA cukup tinggi, namun kemampuan pengolahan masih kurang. Kedua, negara berkembang belum mampu melakukan eksploitasi SDA sama sekali. Hal itu disebabkan antara lain oleh:
- belum dimilikinya tenaga ahli;
- belum dimilikinya teknologi pendukung; dan
- tidak dimilikinya dana yang cukup.
Akhirnya negara berkembang sering kali harus membayar ahli dan menyewa peralatan dari negara lain yang tergolong maju. Negara maju memiliki teknologi dan keterampilan mengolah sumber daya alam. Sebaliknya, negara berkembang hanya memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah tanpa memiliki tenaga-tenaga terampil untuk mengolahnya. Negara berkembang umumnya adalah bekas negara jajahan. Pada masa penjajahan kegiatan pertanian dan pertambangan dibudidayakan untuk kepentingan penjajah. Setelah merdeka, ketika belum memiliki pabrik pengolahan sendiri, negara berkembang hanya memperoleh pendapatan dari hasil ekspor bahan mentah indutri ke negara maju. Misalnya karet mentah, kayu gelondongan, berbagai rempah, dan lain-lain.
C. Ciri-ciri Negara Dunia ke-3.
Negara Dunia ke-3 memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut.
1. Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk besar serta penyebaran kurang merata.
2. Kualitas penduduk masih kurang atau rendah, ditandai dengan:
rendah atau kurangnya tingkat pendidikan penduduk;
3. rendahnya tingkat pendapatan penduduk ditandai dengan rendahnya GNP dan
pendapatan per kapita. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor agraris. Distribusi
pendapatan juga belum merata.
4. rendah atau kurangnya tingkat kesehatan penduduk ditandai dengan rendahnya angka
harapan hidup dan tingginya angka kematian bayi.
5. Teknologi masih kurang atau belum berkembang dengan baik. Pengoperasian
teknologi impor dari negara maju masih mengandalkan tenaga ahli dari negara
bersangkutan. Dalam hal ini negara berkembang masih tergantung pada negara maju.
6. Industri belum berkembang. Perekonomian negara masih didominasi oleh sektor
agraris.
7. Pengolahan sumber daya alam masih kurang maksimal. Penyebab utama adalah
kurangnya tenaga kerja terdidik/ahli dan belum adanya penggunaan teknologi modern.
D. Contoh Negara Dunia ke-3.
- Taiwan
- Vietnam
- Colombia
- Malaysia
- Indonesia
- Thailand
- Peru
- Venezuela.
Referensi:
Arief Budiman, Teori Negara, 1996
Hamza Alavi, Teori Negara, 1996
Guillermo O, Donnel, Teori Negara, 1996
Carl Hub, World Population Data Sheet, 1999
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas